Berdasarkan pengalaman di Indonesia, selanjutnya dikemukakan bahwa beberapa koperasi yang berhasil dalam mempertahankan partisipasi anggota dimunculkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, yaitu:
- Perasaan kelompok yang kuat.
- Latihan bersinambungan bagi calon anggota dan anggota.
- Kunjungan-kunjungan lapangan dari para penggerak koperasi yang bersinambung, dialog informal dengan anggota setempat.
- Para anggota dan pengurus melaksanakan rapat-rapat dengan berhasil baik, membuat kartu anggota dan pembukuan yang benar, menerbitkan laporan keuangan bulanan.
- Menanamkan dan mempertahankan sikap-sikap mental yang baru/kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan aneka simpanan pemberian pinjaman dan aspek-aspek lain untuk bekerja sama dalam koperasi.
- Para anggota membuat rencana koperasi.
- Penertiban publikasi yang teratur disebarluaskan kepada para anggota koperasi.
- Latihan bagi para anggota untuk memahami, menganalisis koperasi-koperasi, mengadakan perjanjian, persatuan, pada saat permulaan.
- Program silang pinjam yang saling melengkapi dalam jaringan koperasi (dana, simpan-pinjam, asuransi bersama).
- Memelihara pendanaan dari dalam secara teratur.
- Kesalahan-kesalahan koperasi di masa lampau menjadi tantangan bagi para anggota koperasi dan pengurus.
- Para anggota dirangsang untuk mengetahui masalah-masalah koperasi, keadaan-keadaan, keterbatasan keuangan, kebutuhan-kebutuhan, dan kemajuannya.
Lalu kurangnya partisipasi anggota dalam beberapa koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif, yaitu:
- Kurangnya pendidikan anggota, antara lain dalam bentuk latihan anggota dan calon anggota yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi lokal.
- Feodalisme dan paternalisme dari para pengurus koperasi dalam hubungan dengan para anggota.
- Kurangnya tindak lanjut yang konsisten dan pengamatan dari rencana-rencana organisasi yang telah disepakati bersama.
- Manipulasi yang dibuat oleh bermacam-macam individu menyebabkan timbulnya erosi rasa ikut serta memiliki dari anggota terhadap koperasi mereka masing-masing.
- Kartu anggota tidak dibuat dengan baik menimbulkan ketidakjelasan transaksi antar-anggota dengan koperasinya ataupun sebaliknya.
- Kurangnya manajemen yang teratur dan keterampilan manajerial dan pengurus koperasi.
- Kurangnya rencana pengembangan profesional untuk mengimbangi perkembangan dinamika kebutuhan para anggota.
- Kurangnya penyebaran informasi tentang penampilan koperasi, seperti neraca, biaya, manfaat, dan laporan statistik yang lain.
- Pengalaman-pengalaman dan praktek-praktek koperasi yang buruk di masa lampau.
- Ketidakcakapan para pengurus koperasi untuk menata pembukuan.
Disarikan dari buku: Pengembangan Koperasi, Penulis: Thoby Mutis, Hal : 94 – 95.